Minggu, 08 Mei 2011

Chapter 4 : Quentin Tarantino’s Star Wars ? Grassroots Creativity Meets the Media Industry

Tugas Pertemuan 8

chapter 4 : Quentin Tarantino's Star Wars? Grassroots creativity meets the media industry

Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi selama dekade terakhir membawa tren baru di dunia industri komunikasi yakni hadirnya beragam media yang menggabungkan teknologi komunikasi baru dan teknologi komunikasi massa tradisional. Bentuk kreativitas manusia di industry media semakin meningkat semenjak berkembangnya teknologi komunikasi. Di dalam buku Henry Jenkins, khususnya chapter 4, menyebutkan film star wars merupakan akar dari kreatiitas manusia dalam penggunaan teknologi komunikasi baru. Penggabungan teknologi komunikasi baru dengan teknologi komunikasi tradisional dikenal sebagai konvergensi media. Konvergensi media bukan saja memperkaya informasi yang disajikan, melainkan juga memberi pilihan kepada khalayak untuk memilih informasi yang sesuai dengan selera mereka. Tidak kalah serius, konvergensi media memberikan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik yang bersifat visual, audio, data dan sebagainya. Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, kerena seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari format analog ke format digital. Karena informasi yang dikirim merupakan format digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif yang mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus komputasi.

Teknologi komunikasi baru memungkinkan sebuah media memfasilitasi komunikasi interpersonal. Dahulu ketika internet muncul di penghujung abad ke-21, pengguna internet dan masyarakat luas masih mengidentikkannya sebagai ”alat” semata. Berbeda halnya sekarang, internet menjadi ”media” tersendiri yang bahkan mempunyai kemampuan interaktif. Sifat interactivity dari penggunaan media konvergen telah melampaui kemampuan potensi feedback, karena seorang khalayak pengakses media konvergen secara langsung memberikan feedback atas informasi-informasi yang disampaikan. Arus informasi yang berlangsung juga menjadi makin personal, karena tiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih informasi yang mereka butuhkan.

Secara khusus, konvergensi teknologi informasi menyebabkan bergesernya pola perilaku manusia dalam bekerja, belajar, mengelola lembaga bisnis atau perusahaan, menjalankan pemerintahan, maupun dalam melakukan perdagangan. Sejalan dengan itu, kini kita akrab dengan aktivitas bisnis baik perdagangan maupun perbankan yang akrab kita kenal dengan sebutan e-commerce dan e-banking. Di sektor pemerintahan saat ini telah dikenal istilah e-government. Dalam dunia pendidikan, kini dikenal pembelajaran jarak jauh melalui internet atau e-learning.

Konvergensi media sesungguhnya bukan saja memperlihatkan perkembangan teknologi yang kian cepat. Konvergensi mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak. Singkatnya, konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi, yang penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan. Jenkins berpendapat bahwa perdebatan tentang konvergensi akan mengubah wajah budaya Amerika. Di negara maju semacam Amerika sendiri terdapat tren menurunnya pelanggan media cetak dan naiknya pelanggan internet. Bahkan diramalkan bahwa dalam beberapa dekade mendatang di negara tersebut masyarakat akan meninggalkan media massa tradisional dan beralih ke media konvergen. Jika tren-tren seperti itu merebak ke berbagai negara, bukan tidak mungkin suatu saat nanti peran pers online akan menggantikan peran pers tradisional. Konvergensi memberikan kesempatan baru kepada publik untuk memperluas pilihan akses media sesuai selera mereka. Dari sisi ekonomi media, konvergensi berarti peluang-peluang profesi baru di dunia industri komunikasi. Pemimpin industry melihat kesempatan untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas target segmen pasar mereka.

Begitupun dengan Indonesia, Indonesia harus siap dan mampu mengikuti peradaban konvergensi media ini. Ambil saja contoh media informasi radio yang rating nya bisa di bilang rendah, yaitu RRI (Radio Republik Indonesia). Beberapa pekan lalu, saya membaca artikel mengenai “RRI wajib siap memasuki konvergensi media” . di dalam artikel disebutkan bahwa RRI saat ini tengah berproses untuk bisa menjangkau publik lebih luas lagi melaui konsep yang universal dengan penerapan teknologi baru. Menurutnya, target RRI menjangkau publik lebih luas melalui streaming bukan hanya sebatas menyampaikan eksistensi siaran tetapi lebih kepada menyajikan program aplikasi yang berbeda dan memiliki daya tarik bagi pengguna internet. Meyinggung kesiapan ketersediaan SDM RRI saat ini, Tias Anggoro, ketua Aliansi Wartawan Radio Indonesia (Alwari) menyebutkan, RRI tidak boleh menunggu kesiapan yang matang. Namun harus tetap terus bergerak dengan memetakan permasalahan awal dan kebutuhan mendesak yang dihadapi. Errol Jonathandari Suara Surabaya mempertegas bahwa “saya tidak percaya kalau ada anggapan media radio akan mati karena acuan saya diluar negeri dimana media ini berkembang sangat pesat dan memiliki tempat yang khusus. Di Amerika saja sudah ada 13.000 lebih lembaga radio, sementara di Indonesia baru sekitar 4.000. Saya kira pengeloloa radio kita jangan terpengaruh dengan idium TV. Misalnya, jangan kemana-mana. Radio bisa dibawa kemana-mana, dan TV tidak bisa”

Sumber :

http://www.convergenceculture.org/aboutc3/thebook.php

http://criticaltheory-download-ebooks.blogspot.com/2010/12/convergence-culture-where-old-and-new.html

http://www.rrimakassar.com/rri-wajib-siap-memasuki-konvergensi-media.html


Winndari Indri L / 1301065824/ 04 PLO/ BINUS UNIVERSITY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar